Uses
& Gratification
Perkembangan
teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase (dalam
Rosengren dkk., 1974), yaitu:
- Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
- Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
- Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan.
Kristalisasi
dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification Media
mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan pada
media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan
media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian
besar mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz;Jay
G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2000) menguraikan
lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media
sebagai berikut:
1. Audiens
adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan
media spesifik terletak di tangan audiens
3. Media
bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens
4. Orang-orang
mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan
dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan
penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media
spesifik atau isi harus dibentuk.
Pengujian-pengujian
terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam
(6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya (dalam Rosengren dkk., 1974),
sebaga berikut:
- Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.
John W.C.
Johnstone (1974) menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan sebagai
individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang
terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan
ini, media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan
individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial
individu-individu tersebut.
Faktor-faktor
psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep
psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh
dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.
- Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep
pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media dan
potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and
Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di
antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka,
mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk
memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu
menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.
- Aktifitas audiens.
Levy dan
Windahl (1984) menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua
dimensi:
- Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
- Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ( baca handsout ”audiens”)
Katz,
Gurevitch, dan Haas (1973) dalam penelitian tentang penggunaan media, menemukan
perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan.
Dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu: struktur media dan teknologi; isi media;
konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang
diperoleh.
Garramore
(1983) secara eksperimental menggali pengaruh ”rangkaian motivasi pada proses
komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan bahwa anggota audience secara
aktif memproses/mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh
motivasi.
- Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal
sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan
antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (GS) dan pemerolehan
gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan
temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait.
Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan
antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:
- GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain.
- Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.
- Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.
- GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek.
Penelitian GS
dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan
variabel-variabel: terpaan; pemilihan program dependensi media; kepercayaan;
evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.
- Gratifikasi dan konsumsi media.
Penelitian
mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi media terbagi
menjadi dua kategori utama, yaitu:
- Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
- Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.
Studi-studi
menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan
Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang
berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan
terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks
konsumsi.
- Gratifikasi dan efek yang diperoleh.
Windahl (1981)
penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa bermacam-macam
gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi
pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social, agenda
setting, diskusi, dan berbagai efek politik.
Blumer
mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif. Dalam
usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer
menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:
· Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.
· Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens terhadap
persepsi mengenai situasi sosial.
· Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar